Rokan hulu.com Musyawarah Cabang (Muscab) ke 2 Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Rokan Hulu dan seminar kebidanan, di Hotel Sapadia Pasir Pangaraian, Rabu (19/11/2014), ditegaskan kalau bidan tersebut termasuk ujung tombak pembangunan kesehatan masyarakat.
Dalam Seminar dan Muscab tersebut dengan mengambil thema “ Penguatan Profesi Bidan untuk kesehatan ibu dan anak” kegiatannya digelar selama dua hari yakni Rabu sampai Kamis (18-19/11/2014).
Pada waktu itu turut hadir Wakil Bupati Rokan Hulu Hafith Syukri, Ketua GOW Rokan Hulu Rahayu Wati Hafith Syukri, Ketua IBI Provinsi Riau, Kasmarni, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Rokan Hulu Grifino, Sekretaris BKBPP Rokan Hulu Septien Armarwiati, Ketua IBI terpilih Atnawati, jajaran pengurus IBI kabupaten/kecamatan se Rohul dan 631 bidan se Rohul.
Pada kesempatan itu, Wabup Rokan Hulu pengurusan IBI sudah terpilih pada priode 2013-2018, supaya bisa mengemban amanah serta mejadikan profesi bidan kedepan ini lebih professional dan mampu berkompetensi demi target Pemkab Rokan Hulu terbaik dalam bidang kesehatan di tahun 2016 di Provinsi Riau.
Terlihat orang nomor dua di Kabupaten Rokan Hulu ini, berdialog dengan para bidan desa serta menyakan jumlah ibu hami di desa, bahkan jumlah ibu hamil yang akan melahirkan pada bulan ini, karena bidan itu harus bisa memastikan data-data.
“ Bidan desa termasuk ujung tombak kesehatan masyarakat dengan meminimalisir Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Anak (AKI/AK) dan harapan hidup,” ujar Hafith Syukri.
Bidan harus bisa membantu dan melayani msyarakat secara gratis dan penuh pengabdian, tegas Wabup Rokan Hulu, tidak hanya kumpul dan arisan bulanan saja, tapi melalui orgnisasi IBI kompetensinya di tengah-tengah harus ditingktakan, mesti dilakukan uji konpetentsi sebagaimana layak PNS yang sudah diatur dalam undang-undang Aparatur Sipil Negara (ASN), sebab antara PNS dan honorer sama status dalam aturan ASN tersebut.
“ Saya himbau pada bidan-bidan senior supaya bisa menularkan ilmu dan kemampuan pada juniornya, jangan sempat ada bidan desa yang tidak bisa menolong proses persalinan, karena masih ada saya dengar bidan desa, jika ada masyakat mau melahirkan itu bidannya harus ditemani,” ungkap Hafith Syukri.
Tambahnya lagi, juga masih ada bidan desa jika ada orang melahirkan itu langsung dirujuk, bukannya di tangani secara professional, “ Maka kuasa seluruh bidang kita, jika memang sudah sampai pada tingkat kesulitan, barulah rujuk ke RSUD Pasir Pengaraian, karena di sana kita sudah punya dokter spesialis kebidanan,” ujar dia lagi.***(ar)
Dalam Seminar dan Muscab tersebut dengan mengambil thema “ Penguatan Profesi Bidan untuk kesehatan ibu dan anak” kegiatannya digelar selama dua hari yakni Rabu sampai Kamis (18-19/11/2014).
Pada waktu itu turut hadir Wakil Bupati Rokan Hulu Hafith Syukri, Ketua GOW Rokan Hulu Rahayu Wati Hafith Syukri, Ketua IBI Provinsi Riau, Kasmarni, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Rokan Hulu Grifino, Sekretaris BKBPP Rokan Hulu Septien Armarwiati, Ketua IBI terpilih Atnawati, jajaran pengurus IBI kabupaten/kecamatan se Rohul dan 631 bidan se Rohul.
Pada kesempatan itu, Wabup Rokan Hulu pengurusan IBI sudah terpilih pada priode 2013-2018, supaya bisa mengemban amanah serta mejadikan profesi bidan kedepan ini lebih professional dan mampu berkompetensi demi target Pemkab Rokan Hulu terbaik dalam bidang kesehatan di tahun 2016 di Provinsi Riau.
Terlihat orang nomor dua di Kabupaten Rokan Hulu ini, berdialog dengan para bidan desa serta menyakan jumlah ibu hami di desa, bahkan jumlah ibu hamil yang akan melahirkan pada bulan ini, karena bidan itu harus bisa memastikan data-data.
“ Bidan desa termasuk ujung tombak kesehatan masyarakat dengan meminimalisir Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Anak (AKI/AK) dan harapan hidup,” ujar Hafith Syukri.
Bidan harus bisa membantu dan melayani msyarakat secara gratis dan penuh pengabdian, tegas Wabup Rokan Hulu, tidak hanya kumpul dan arisan bulanan saja, tapi melalui orgnisasi IBI kompetensinya di tengah-tengah harus ditingktakan, mesti dilakukan uji konpetentsi sebagaimana layak PNS yang sudah diatur dalam undang-undang Aparatur Sipil Negara (ASN), sebab antara PNS dan honorer sama status dalam aturan ASN tersebut.
“ Saya himbau pada bidan-bidan senior supaya bisa menularkan ilmu dan kemampuan pada juniornya, jangan sempat ada bidan desa yang tidak bisa menolong proses persalinan, karena masih ada saya dengar bidan desa, jika ada masyakat mau melahirkan itu bidannya harus ditemani,” ungkap Hafith Syukri.
Tambahnya lagi, juga masih ada bidan desa jika ada orang melahirkan itu langsung dirujuk, bukannya di tangani secara professional, “ Maka kuasa seluruh bidang kita, jika memang sudah sampai pada tingkat kesulitan, barulah rujuk ke RSUD Pasir Pengaraian, karena di sana kita sudah punya dokter spesialis kebidanan,” ujar dia lagi.***(ar)
Komentar
Posting Komentar